Tari Suling Dewa : Tarian Unik Memanggil Hujan Asal Bayan

Tari Suling Dewa – Sebagai bangsa Indonesia kita patut bangga karena Indonesia memiliki banyak kekayaan budaya di setiap daerah. Salah satu kesenian yang banyak disukai oleh masyarakat adalah seni Tari.

Setiap daerah pasti memiliki seni tari sendiri-sendiri. Mulai dari Sabang sampai Merauke hampir semua memiliki tari khas. Salah satu daerah yang memiliki tarian khas adalah desa Bayan, Nusa Tenggara Barat.

Ada satu tari yang cukup populer di sana yaitu tari Suling Dewa. Adanya tarian tersebut berawal dari kekeringan yang melanda wilayah tersebut selama 3 tahun, sehingga berdampak buruk bagi kehidupan disana.

Kekeringan yang terjadi di desa Bayan membuat petani gagal panen dan bisa berdampak lebih buruk yaitu kelaparan di desa Bayan, NTP. Bermula dari situlah Tari Suling Dewa diciptakan.

Keunikan Tari Suling Dewa Tarian Memanggil Hujan Berasal Dari Bayan

Keunikan Tari Suling Dewa Tarian Memanggil Hujan Berasal Dari Bayan

Adanya Tarian Suling Dewa tidak terlepas dari sejarahnya. Setelah kita membahas sedikit tentang dari mana tarian Suling Dewa berasal dan berawal dari apa tarian tersebut diciptakan. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas dan mencari tahu lebih jauh sejarah tari Suling Dewa berikut ini.

Tari Suling Dewa

Tari Suling Dewa

Asal Usul Tarian Suling Dewa

Tarian Suling Dewa berasal dari Bayan, Nusa Tenggara Barat. Tarian ini juga dikenal oleh masyarakat sana sebagai tarian memanggil hujan. Mengapa demikian? karena di Bayan mengalami kondisi kekeringan berkepanjangan kurang lebih selama 3 tahun.

Dengan terjadinya kekeringan itulah yang menyebabkan tanaman disana mati termasuk juga tanaman para petani di Bayan, NTB. Tentu saja kondisi kekeringan seperti itu sangat berdampak buruk bagi petani karena mengalami gagal panen. Terlebih masyarakat di Bayan mayoritas mengandalkan hasil panen. Jika masalah kekeringan tidak segera di atasi bisa berdampak buruk bagi masyarakat seperti kelaparan.Dari sinilah asal tarian Suling Dewa berasal.

Kemudian, seorang sesepuh desa Bayan mendapatkan pencerahan yaitu bisikan suara yang datangnya dari langit. Bisikan tersebut yang membuat sesepuh masyarakat Bayan sepakat untuk melakukan ritual guna memanggil hujan menggunakan Tarian Suling Dewa. Suara yang dihasilkan dari tiupan suling ini dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai suara komunikasi dengan langit dan air hujan, sehingga air hujan bisa turun ketika suling di tiup.

Masyarakat di sana juga mempercayai apabila suling memiliki nilai filosofis yang sama dengan para manusia. Filosofis tersebut seperti seruling tidak akan berbunyi apabila tidak ditiup. Sama halnya dengan manusia, manusia tidak akan hidup apabila tidak ada roh di dalamnya. Di dalam penyajian tarian Suling Dewa dibawakan oleh Amaq Lokak sebagai seorang pewaris Suling Dewa dan dua Inan Gending sebagai pembawa tembang untuk penyelaras suling dan disebut dengan Nan Gending.

Keunikan Tari Suling Dewa

Keunikan Tari Suling Dewa

Tarian Suling dewa merupakan tarian ritual adat istiadat masyarakat Bayan. Tidak hanya kaya akan sejarahnya, tarian Suling Dewa juga memiliki keunikan tersendiri mulai dari pembagian babak tari, busana yang digunakan sampai musik pengiring tarian Suling Dewa. Untuk itu, silahkan simak ulasan tentang keunikan tarian tersebut :

  • Pembagian Babak Tarian Suling Dewa

Terdapat keunikan tarian ini yang pertama adalah pembagian tari. Sebelum tarian Suling Dewa benar-benar di lakukan para sesepuh disana termasuk Inan Gending dan Amaq Gending memasuki suatu bale dengan membawa sesaji ke dalam. Isian dari sesaji berupa bokor sirih, gula merah, air kembang, uang bolong, ayam hitam, piranti beras kuning, dan telur ayam sebanyak 4 butir.

Prosesi selanjutnya yaitu para sesepih masyarakat Bayan akan membacakan mantra-mantra semacam permohonan izin untuk memulai prosesi ritual. Di dalam mantra tersebut ada beberapa mantra yang menggunakan ayat-ayat Al Qur’an. Setelah sesepuh mendapatkan izin, kemudian para penari dan pembawa sesaji keluar dari bale dan berjajar membentuk formasi tarian Suling Dewa. Bagi para pembawa sesaji posisinya berada di bagian depan para penari. Seluruh penari dan pembawa sesaji menundukkan kepala sebagai bentuk penghormatan. Setelah itu, barulah ritual tari akan dilakukan.

  • Busana Tarian Suling Dewa & Iringan Musik

Penari tarian Suling Dewa menggunakan busana yang sangat sederhana. Untuk penari pria biasanya busana yang digunakan berupa sarung dan kain yang di ikatkan di bagian pinggang. Sedangkan untuk para penari wanita cukup menggunakan sarung, kemben, dan juga selendang.

Tarian Suling Dewa juga di iringi musik yang sederhana. Sama seperti nama dari tari tersebut. Alat musik utama yang digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah Suling. Kemudian sebagai pengiring suling, Inan Gending tentu saja akan membawakan syair atau tembang.

Itulah tadi penjelasan tetang tari Suling Dewa yang sudah inspired2write.com sampaikan. Tentu saja sebagai bagian dari adat istiadat di Bayan, NTB, tarian tersebut memiliki nilai filosofis yang sangat kuat bagi masyarakat disana. Sama halnya dengan Tari Tor Tor yang tetap di pertahankan oleh suku Batak hingga saat ini.